Ini adalah salah satu message yang masuk di di inbox friendster ku... Dari seorang teman yang ada di Jogja... Kenapa aku posting ini di blog ku ???? Ya simple aja jawabannya, aku suka aja ngebacanya, tanpa mengurangi rasa hormat ataupun bermaksud plagiat loh, kan aku dah bilang klo ini yang nulis bukan aku tapi temanku... ANGIN TIMUR BAKKARA... Keren banget yah namanya...penuh unsur alam...Gini nie tulisannya :
Seorang pedagang kaki lima berkata, ini tempat yang bagus untuk meletakkan dagangan saya, seorang pelajar berkata, ini tempat yang bagus untuk menulis, seorang pelayan restoran berkata, disini biasanya meletakkan hidangan untuk para tamu, seorang penjual daging berkata, saya biasa memotong daging diatasnya, seorang filsuf berkata, hiduplah seperti meja, ia berguna bagi banyak orang, sekalipun ia rusak dan tak terpakai, kayunya masih bisa dibakar, sekalipun kelak kita mati, setidaknya pemikiran kita masih dikenang.
Pedagang kaki lima, pelajar, pelayan restoran, penjual daging, dan filsuf, semuanya memahami sebuah meja dari sudut pandang berbeda. Begitu pula kiranya kita dapat memandang segala kendala yang kita alami dalam hidup ini. Setiap orang memiliki kendala masing-masing dalam kehidupannya, namun jangan pernah memandang kendala itu sebagai masalah, pandanglah kendala itu sebagai ujian.
Ketika kendala itu dipandang sebagai masalah, ia akan terasa berat, ketika kendala itu dipandang sebagai ujian, ia memang tetap terasa berat, tapi coba ingat lagi, bukankah kita akan mengalami kenaikan “level” setelah menghadapi sebuah ujian, inilah keuntungan yang kita peroleh jika memandang kendala dalam hidup sebagai sebuah ujian.
Cepat atau lambat, siap tidak siap, tiap-tiap dari kita akan menghadapi ujian itu, dengan berbagai macam bentuknya. Lalu bagaimana menghadapi ujian ini? itu dia, cobalah menggunakan sudut pandang yang berbeda. Jika hidup dianalogikan sebagai sebuah perjalanan, dan ujian ini sebagai batu yang berserakan di jalan yang akan kita lalui, sepintas batu-batu ini terlihat sebagai penghalang, sekali lagi, cobalah menggunakan sudut pandang berbeda, batu ini bukan penghalang, tapi penyusun jalan yang akan kita lalui. Ujian dalam hidup, bukan untuk melemahkan diri, tapi sebuah proses untuk mendewasakan diri. Tuhan pun tidak akan memberi ujian yang melebihi kekuatan kita, Ia hanya ingin melihat, seberapa tekunkah kita dalam menghadapi ujian yang Ia berikan.
Ada kalanya, ujian dalam hidup terasa sangat berat, sekalipun sudah menggunakan sudut pandang berbeda, lalu dimana masalahnya? masalahnya adalah kesombongan, seringkali kita terlalu sombong, menganggap bahwa diri kita sendiri, pasti mampu menyelesaikannya, sehingga merasa tidak perlu, bahkan malu bercerita pada orang lain. Coba ingat, bukankah kita menggunakan berbagai referensi untuk menyelesaikan ujian dalam perkuliahan? begitu pula ujian dalam hidup, bercerita pada orang lain, bertanya pada orang lain, akan menambah referensi dalam menghadapi ujian hidup. Homo homini socius.
Kembali ke sudut pandang berbeda, apa faedah membiasakan diri melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda? dengan membiasakan diri melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda, kita dapat berpikir secara objektif, tanpa kehilangan subyektifitas kita. Ketika kita bisa berpikir secara objektif, tanpa kehilangan subyektifitas, itulah yang dinamakan proses berpikir kreatif. Ketika bisa berpikir secara kreatif, tentunya banyak keuntungan yang akan kita peroleh, termasuk didalamnya kemampuan untuk menghadapi ujian yang lebih berat lagi.
Seorang Kawan,
Angin Timur Bakkara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar